Foto: Pion Ratulolly |
Baburrahman nama masjidnya.
Letaknya berada di tengah kampung, tidak jauh dari bale adat kampung ini.
Luasnya tidak seberapa. Paling kisaran belasan kali belasan meter.
Sepintas, bangunan masjid ini
sudah lumayan sepuh. Itu terlihat dari dinding luar masjid yang teksturnya
tidak lagi lembut. Catnya pun sudah memudar. Kusen jendela dan pintu serta
tiang-tiang atapnya sudah tua dan mungkin sedikit rapuh.
Kendati begitu, di bagian
dalam masjid, utamanya bagian depan, ukiran catnya cukup mengundang daya tarik
untuk dipandang. Perpaduan warna hijau, putih, dan hitam menjadikan ukirannya
terkesan lembut dan bertema alam. Kaligrafi-kaligrafi membentang indah di atas
mirhab memberi kesan Islami dan Qur'anik.
Suasana dalam masjid pun
lumayan sejuk. Tidak mengherankan karena Papilawe berada di puncak bukit.
Udara-udara yang bertiup lembut seakan mengajak jamaah untuk berbaring sejenak
di dalam masjid. Selain itu, lantai masjid yang terbuat dari keramik mendukung
kesejukan masjid ini.
Dari seorang jamaah, kami
mendapat kabar bahwa selepas Lebaran, masjid ini akan direnovasi. Panitia
pembangunan sudah mendapatkan bantuan dana dari Bank Indonesia Pusat di
Jakarta. Serta swadaya masyarakat sebesar 1 juta rupiah per-Kepala Keluarga. (teks: Pion Ratulolly)
Foto: Pion Ratulolly |